Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan pelat merah tetap agresif di tengah memanasnya konflik di Timur Tengah.
Ia mengatakan saat terjadi ketegangan geopolitik, BUMN tidak boleh berdiam diri. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan negara itu harus pandai melihat kesempatan.
“Justru dengan situasi seperti ini saya sudah ingatkan di kementerian, justru kita jangan slowly down, justru kita harus agresif,” kata Erick kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (20/4).
Ia lantas mencontohkan saat pandemi beberapa tahun silam, BUMN tetap bergerak paralel dengan penanganan covid-19.
Erick mengatakan saat itu perusahaan pelat merah banyak melakukan aksi korporasi hingga mencari investor.
“Kami tetap melakukan aksi korporasi banyak sekali, apakah konsolidasi, apakah merger, apakah cari partner gitu loh,” tutur Erick.
Ia menilai dalam keadaan ketidakpastian global seperti saat ini, pasti ada kesempatan untuk berkembang. Apalagi, Indonesia masih dinilai menjadi negara yang berhasil menjaga stabilitas ekonomi.
“Indonesia dilihat salah satu negara yang stabil secara pertumbuhan ekonomi dan juga secara politik. Karena kita setelah covid tetap stabil,” kata dia.
Dalam kesempatan terpisah, Erick juga mengirimkan pesan khusus kepada seluruh direksi perusahaan pelat merah terkait perang antara Iran dengan Israel.
Pesan khusus antara lain soal kondisi dolar Amerika Serikat (AS) hingga persoalan pangan.
“Saya sudah bikin, dalam tanda kutip bukan surat, tapi WA (WhatsApp) kepada seluruh direksi untuk mengingatkan beberapa hal,” kata Erick di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Rabu (17/4), dikutip dari detikfinance.
“Tentu dengan situasi dinamika global hari ini di mana juga mungkin dolar menguat, kita meski prediksi lima bulan ke depan seperti apa. Apakah dolar tetap seperti ini atau nanti ada stabilitas baru, lalu pangan seperti apa,” sambungnya.
Erick meminta direksi untuk mengkaji operating expenditure (opex) atau biaya operasi, capital expenditure (capex) atau belanja modal, hingga utang perusahaan.
Selain itu, ia juga meminta para bos perusahaan pelat merah untuk melihat kembali rencana aksi korporasi dan kemudian melakukan stress test.
“Maksudnya ngetes, si masing-masing perusahaan ini seperti apa kondisinya dengan situasi dinamika hari ini, tidak hanya dolar juga supply chain macam-macam,” tutur Erick.
Pesan tersebut, lanjutnya, ia sampaikan ke seluruh petinggi BUMN. Ia juga meminta direksi memberikan laporan dalam satu-dua pekan ke depan.
“Semua dong, semua dirut, semua direksi keuangan, bisnis risk untuk ngingetin. Dan saya minta satu-dua minggu lagi mereka coba bikin laporan,” ucapnya lebih lanjut.
(mrh/agt)